CILINCING- Keberadaan pantai publik Marunda yang menjadi salah satu 12 Destinasi wisata pesisir ini belum tersentuh oleh Pemerintah DKI Jakarta untuk menjadikan kawasan ini sebagai wisata publik. Berbeda dengan wilayah pesisir di Indonesia justru memiliki pantai publik yang bisa dinikmati masyarakat kapanpun sebagai ruang publik. Beberapa di antaranya telah mencoba secara kreatif mengekplorasi dan mengekspresikan potensi serta keunikan kawasan pantai dalam perencanaan dan perancangan ruang terbuka publik yang sesuai dengan karakteristik iklim tropis lembab. Usaha tersebut bisa dilihat antara lain di kawasan pantai Kamali Kota Bau Bau Sulawesi Tenggara, Pantai Losari Makassar, Pantai di Kota Palu, dan sebagainya, sehingga kawasan tersebut merupakan magnet yang dapat menarik perhatian masyarakat untuk datang dan melaksanakan berbagai aktivitas rekreasi.
"Kalau di Sulawesi kita bisa lihat pantai Cilosari. Setiap hari kita dapat menikmati keindahan pantai kapanpun" ujar Dawud 45, Warga Kalibaru, Cilincing Jakarta Utara.
Di Jakarta Pantai Publik Marunda masih berupa wacana. Hingga kini kawasan yang katanya akan disulap menjadi pantai gratis milik publik itu belum ada tanda-tanda dibangun. Fasilitas toilet, penyewaan perahu, dan kebersihan pantai dikelola sendiri oleh warga setempat.Pantai Publik yang terletak di Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara ini setiap libur hari raya dan nasional ramai pengunjung. Hanya ada warung-warung bambu yang menjual makanan di sepanjang pantai. Warung itu dibuka dan dikelola oleh warga sekitar. Sampah terlihat mengotori di berbagai tempat hingga ke laut.
Bahkan kerap kali Pemerintah Kota Jakarta Utara menjadikan lokasi Marunda sebagai cita-cita akan dibangunnya ruang publik. Ironisnya hanya angan-angan dan janji yang tak pasti.
"Belum ada pengelolah dari Pemerintah. Dan aktivitas ini dikelolah oleh masyarakat pesisir Marunda" kata Usman Ketua RT 3/7 Marunda.
Namun hingga kini belum juga dimulai pembangunannya. Hanya tembok beton yang dibuat oleh Dinas Pekerjaan Umum untuk mecegah abrasi. Wilayah itupun sudah sejak lama tidak boleh dijadikan kawasan industri, karena di dekatnya terdapat pula Masjid Al-Alam yang sudah jadi cagar budaya.
Jika melintas sepanjang 35 Km pesisir Jakarta dari Kapuk Muara hingga ke Marunda hanya ada satu-satunya pantai publik yang tersisa di ibukota. Tapi tengoklah keadaannya kotor penuh sampah di mana-mana.
Sementara Pantai Pluit dan Kapuk sudah lama disulap jadi apartemen dan rumah mewah yang tak menyisakan sejengkal pun untuk publik. Begitupun pantai Ancol tak bisa dinikmati secara cuma-cuma karena merupakan kawasan wisata yang tidak gratis alias komersil.
Namun demikian masyarakat Jakarta Utara dahulu pernah memiliki pantai publik di kawasan Koja pada tahun 1980an yang disebut Pantai Sampur atau pantai Dobo. Tetapi pada tahun 1990an pantai itu diubah menjadi pelabuhan peti kemas kontainer yakni TPK Koja dan JICT.
"Waktu itu Pantai Sampur menjadi pilihan warga untuk jalan-jalan dan wisata. Kini tinggal kenangan" ujar Zainal 56 Warga Lagoa, Koja.
Kepala Suku Dinas Pariwisata Jakarta Utara, Grace Mandagi, mengakui memang selama ini pantai publik belum tersentuh program instansinya. Bahkan diakui pada tahun ini tidak ada anggaran yang dialokasikan ke pantai publik."Tahun ini kita tidak ada menganggarkan penambahan fasilitas maupun sarana. Kita juga belum paham kelanjutan pantai publik seperti apa," terangnya.
Sementara itu, Walikota Jakarta Utara, Heru Budi Hartono, mengatakan bahwa sejak dirinya menjadi Kepala Bagian Prasarana Kota sudah diusulkan Pantai Publik untuk di reklamasi. Pantai tersebut diusulkan untuk diberi pasir menjorok ke laut sekitar 10 meter dan ditambahkan fasilitas pendukung lainnya.
"Sejak 2003 lalu sudah kita usulkan. Namun hingga saat ini belum ada respon dari tingkat Provinsi," katanya.Padahal, menurut Heru, sebenarnya untuk menata pantai, tidak dibutuhkan dana besar. Ditaksirnya, pembangunan dan penataan membutuhkan anggaran total sekitar Rp 20 M."Sekitar 10 M untuk melandaikan pantai dan mengisi pasir. Sedangkan sisanya untuk pembangunan fasilitas lain," tandasnya ( Bian)