Pasangan suami istri (pasutri) Hendra Wakim (23) dan Stefi Anastasia (19), warga Jl Enim II No 64/118 RT 04/03, Kelurahan Sungai Bambu, Tanjung Priok, tergolong pasangan keluarga yang mengenaskan. Pasalnya, pasangan muda itu harus menerima kenyataan pahit akibat putra tercintanya yang diberi nama Marcello Axel berusia dua bulan menghembuskan nafas terakhir setelah mendapatkan imunisasi. Saat ini, korban telah dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Semper, Cilincing. Sebelumnya, jenazah bayi malang tersebut juga sempat diotopsi di RSCM guna keperluan penyelidikan.
Ditemui di kediamannya, sambil terus berurai air mata, Stefi menceritakan kronologis hingga akhirnya sang buah hati meninggal dunia. Awalnya, kata Stefi, Marcello disuntik imunsiasi Diphteri Pertusis Tetanus (DPT) Combo I di paha kanannya. Pemberian imunisasi sendiri dilakukan di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok, Kamis (27/9) lalu. Namun, pada malam harinya, paha kanan Marcelo yang terdapat bekas suntikan justru membengkak. Tak hanya itu, Marcello pun mengalami panas tinggi dan demam. "Sebelum diimunisasi masih sehat. Tapi setelah imunisasi, Marcello nangis terus karena paha kanannya bengkak dan suhu badannya panas tinggi dan demam," ungkap Stefi, Jumat 05 Oktober 2012.
Semakin malam, sambung Stefi, kondisi Marcello terus menurun dan terus menangis. Karena khawatir, ia pun kemudian memberikan air susu ibu (ASI), agar si anak berhenti menangis. Akhirnya, sekitar pukul 20.00, sang anak pun tertidur pulas. Namun, saat sang suami baru tiba di rumah seusai bekerja dan ingin menggendong Marcello, kondisinya badannya justru sudah dingin dan kaku. "Jam 12 malam lubang hidung sebelah kanan anak saya mengeluarkan darah dan busa yang kental. Saya tekan dadanya malah keluar darah banyak dari kedua lubang hidungnya," katanya.
Tanpa membuang waktu, Stefi dan suaminya kemudian langsung melarikan Mercelo ke RS Santo di Jl Ganggeng, Tanjungpriok, untuk mendapatkan perawatan medis. Namun sayang, setelah dilakukan pemeriksaan, pihak rumah sakit menyatakan bahwa Marcello telah meninggal sejak masih di rumah. Anehnya, pihak rumah sakit tidak memberikan keterangan terkait penyebab meninggalnya Marcelo.
Setelah dipastikan meninggal, jenazah Marcelo kemudian dibawa kembali ke rumah. Sesampainya di rumah, berita meninggalnya Marcello langsung diketahui para tetangga. Alhasil, pada malam itu juga, sudah banyak para pelayat yang mendatangi rumah korban.
Mendapati kenyataan seperti itu, pihak orangtua Stefi tampak pasrah dan menyerahkan peristiwa ini kepada Yang Maha Kuasa. Namun sebaliknya, dari pihak keluarga sang suami, Hendra, justru ingin melaporkan kasus ini ke Mapolres Jakarta Utara dan melakukan penuntutan terhadap Puskesmas Tanjungpriok dengan terlebih dahulu mengotopsi jenazah Marcello. "Akhirnya keluarga menyepakati untuk melaporkan kejadian ini ke Polres Jakarta Utara, untuk dilakukan otopsi dan akan menuntut Puskesmas Tanjungpriok. Setelah diotopsi, jenazah Marcello langsung dimakamkan di TPU Semper pada Sabtu (29/9)," ucapnya.
Hendra, ayah korban menuturkan, saat ini, pihak keluarga tengah menunggu hasil otopsi dari RSCM yang akan baru akan diketahui hasilnya pada Sabtu (6/10) besok. Namun, pihaknya masih belum memutuskan tuntutannya bila seandainya anaknya itu meninggal karena suntik imunisasi DPT Combo I. "Saya harap kejadian ini yang terakhir kali. Saya masih belum memutuskan karena hasil otopsi belum keluar," tuturnya.
Kepala Puskesmas Kecamatan Tanjungpriok, dr Clara menjelaskan, setelah disuntik imunisasi DPT Combo I, bayi biasanya memang mengalami demam ringan faktor dari pertusis. "Kita sudah ada standar pelayanan. Kalau diimunisasi DPT Combo I pasti dibekali dengan obat anti panas paracetamol. Panasnya paling sehari, dan setelahnya sudah turun," ungkapnya.
Imunisasi bagi balita, dikatakan Clara bertujuan memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit tenggorokan, batuk seratus hari, dan kejang-kejang. Sebab, dari bayi pertama lahir diberikan Hepatitis nol, setelah satu bulan diberikan BCG, dua bulan diberikan DPT Combo I, 3 bulan DPT combo 2, dan 9 bulan imunisasi campak. "Setelah adanya kasus ini masih banyak orangtua yang membawa bayinya untuk diimunisasi karena sejauh ini tidak ada dampaknya. Jadwalnya memang setiap hari Kamis dan pasiennya bisa mencapai 70 orang. Kasus ini belum pernah terjadi dan baru kali ini terjadi di Puskesmas Kecamatan Tanjungpriok. Mudah-mudahan ke depan tidak ada kasus ini lagi," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Sudin Kesehatan Kesehatan Jakarta Utara, Bambang Suheri mengaku, telah menerima laporan tersebut. Sejauh ini, kata Bambang, pihaknya masih menunggu hasil otopsi yang dilakukan RSCM. Bahkan, sampel vaksinnya juga telah dikirim ke Balai POM. "Kalau dari hasil pemeriksaan kami terhadap Puskesmas Tanjungpriok, mereka telah melakukan sesuai prosedur. Sekarang kami masih menunggu hasil otopsi dan pemeriksaan vaksin tersebut," tandasnya.
Hanya pihaknya belum bisa memastikan apakah Marcel tewas karena dugaan malpraktik atau karena sebab lain. “Untuk memastikannya kita tengah menunggu hasil otopsi dari tim dokter. Kami sudah melakukan pemeriksaan terhadap semua dokter dan tim kesehatan Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok. Semuanya sudah sesuai dengan standar pelayanan yang diberikan," jelasnya.
Di tempat terpisah, Lurah Sungai Bambu Rizal Khadafi, mengatakan belum bisa diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab tewasnya balita itu. “Belum bisa dipastikan karena imunisasi. Sebab setelah disuntik pukul 10 pagi, balita itu tewas pukul 24.00. Oleh karena itu kita juga masih menunggu hasil otopsi,” katanya.
Menurut dia, imunisasi merupakan program pemerintah untuk memberikan kesehatan kepada balita. “Saya minta warga tidak perlu takut untuk melakukan imunisasi kepada setiap balita,” imbuhya.
Ditemui di kediamannya, sambil terus berurai air mata, Stefi menceritakan kronologis hingga akhirnya sang buah hati meninggal dunia. Awalnya, kata Stefi, Marcello disuntik imunsiasi Diphteri Pertusis Tetanus (DPT) Combo I di paha kanannya. Pemberian imunisasi sendiri dilakukan di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok, Kamis (27/9) lalu. Namun, pada malam harinya, paha kanan Marcelo yang terdapat bekas suntikan justru membengkak. Tak hanya itu, Marcello pun mengalami panas tinggi dan demam. "Sebelum diimunisasi masih sehat. Tapi setelah imunisasi, Marcello nangis terus karena paha kanannya bengkak dan suhu badannya panas tinggi dan demam," ungkap Stefi, Jumat 05 Oktober 2012.
Semakin malam, sambung Stefi, kondisi Marcello terus menurun dan terus menangis. Karena khawatir, ia pun kemudian memberikan air susu ibu (ASI), agar si anak berhenti menangis. Akhirnya, sekitar pukul 20.00, sang anak pun tertidur pulas. Namun, saat sang suami baru tiba di rumah seusai bekerja dan ingin menggendong Marcello, kondisinya badannya justru sudah dingin dan kaku. "Jam 12 malam lubang hidung sebelah kanan anak saya mengeluarkan darah dan busa yang kental. Saya tekan dadanya malah keluar darah banyak dari kedua lubang hidungnya," katanya.
Tanpa membuang waktu, Stefi dan suaminya kemudian langsung melarikan Mercelo ke RS Santo di Jl Ganggeng, Tanjungpriok, untuk mendapatkan perawatan medis. Namun sayang, setelah dilakukan pemeriksaan, pihak rumah sakit menyatakan bahwa Marcello telah meninggal sejak masih di rumah. Anehnya, pihak rumah sakit tidak memberikan keterangan terkait penyebab meninggalnya Marcelo.
Setelah dipastikan meninggal, jenazah Marcelo kemudian dibawa kembali ke rumah. Sesampainya di rumah, berita meninggalnya Marcello langsung diketahui para tetangga. Alhasil, pada malam itu juga, sudah banyak para pelayat yang mendatangi rumah korban.
Mendapati kenyataan seperti itu, pihak orangtua Stefi tampak pasrah dan menyerahkan peristiwa ini kepada Yang Maha Kuasa. Namun sebaliknya, dari pihak keluarga sang suami, Hendra, justru ingin melaporkan kasus ini ke Mapolres Jakarta Utara dan melakukan penuntutan terhadap Puskesmas Tanjungpriok dengan terlebih dahulu mengotopsi jenazah Marcello. "Akhirnya keluarga menyepakati untuk melaporkan kejadian ini ke Polres Jakarta Utara, untuk dilakukan otopsi dan akan menuntut Puskesmas Tanjungpriok. Setelah diotopsi, jenazah Marcello langsung dimakamkan di TPU Semper pada Sabtu (29/9)," ucapnya.
Hendra, ayah korban menuturkan, saat ini, pihak keluarga tengah menunggu hasil otopsi dari RSCM yang akan baru akan diketahui hasilnya pada Sabtu (6/10) besok. Namun, pihaknya masih belum memutuskan tuntutannya bila seandainya anaknya itu meninggal karena suntik imunisasi DPT Combo I. "Saya harap kejadian ini yang terakhir kali. Saya masih belum memutuskan karena hasil otopsi belum keluar," tuturnya.
Kepala Puskesmas Kecamatan Tanjungpriok, dr Clara menjelaskan, setelah disuntik imunisasi DPT Combo I, bayi biasanya memang mengalami demam ringan faktor dari pertusis. "Kita sudah ada standar pelayanan. Kalau diimunisasi DPT Combo I pasti dibekali dengan obat anti panas paracetamol. Panasnya paling sehari, dan setelahnya sudah turun," ungkapnya.
Imunisasi bagi balita, dikatakan Clara bertujuan memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit tenggorokan, batuk seratus hari, dan kejang-kejang. Sebab, dari bayi pertama lahir diberikan Hepatitis nol, setelah satu bulan diberikan BCG, dua bulan diberikan DPT Combo I, 3 bulan DPT combo 2, dan 9 bulan imunisasi campak. "Setelah adanya kasus ini masih banyak orangtua yang membawa bayinya untuk diimunisasi karena sejauh ini tidak ada dampaknya. Jadwalnya memang setiap hari Kamis dan pasiennya bisa mencapai 70 orang. Kasus ini belum pernah terjadi dan baru kali ini terjadi di Puskesmas Kecamatan Tanjungpriok. Mudah-mudahan ke depan tidak ada kasus ini lagi," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Sudin Kesehatan Kesehatan Jakarta Utara, Bambang Suheri mengaku, telah menerima laporan tersebut. Sejauh ini, kata Bambang, pihaknya masih menunggu hasil otopsi yang dilakukan RSCM. Bahkan, sampel vaksinnya juga telah dikirim ke Balai POM. "Kalau dari hasil pemeriksaan kami terhadap Puskesmas Tanjungpriok, mereka telah melakukan sesuai prosedur. Sekarang kami masih menunggu hasil otopsi dan pemeriksaan vaksin tersebut," tandasnya.
Hanya pihaknya belum bisa memastikan apakah Marcel tewas karena dugaan malpraktik atau karena sebab lain. “Untuk memastikannya kita tengah menunggu hasil otopsi dari tim dokter. Kami sudah melakukan pemeriksaan terhadap semua dokter dan tim kesehatan Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok. Semuanya sudah sesuai dengan standar pelayanan yang diberikan," jelasnya.
Di tempat terpisah, Lurah Sungai Bambu Rizal Khadafi, mengatakan belum bisa diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab tewasnya balita itu. “Belum bisa dipastikan karena imunisasi. Sebab setelah disuntik pukul 10 pagi, balita itu tewas pukul 24.00. Oleh karena itu kita juga masih menunggu hasil otopsi,” katanya.
Menurut dia, imunisasi merupakan program pemerintah untuk memberikan kesehatan kepada balita. “Saya minta warga tidak perlu takut untuk melakukan imunisasi kepada setiap balita,” imbuhya.
Foto: Kantor Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara.