Meski DKI Jakarta mendapat predikat bebas antrax, namun Sudin
Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Jakarta Utara tetap mewaspadai
hewan berpenyakit menular tersebut. Pasalnya, hewan-hewan yang akan
dikurbankan itu berasal dari daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah yang
disinyalir masih belum bebas antrax.
Kasie Peternakan Sudin
Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Jakarta Utara, Renova Ida Siahaan
mengatakan untuk mencegah datangnya hewan kurban berpenyakit antrax
dari luar daerah Jakarta, pihaknya menyarankan kepada pemilik tempat
penampungan hewan kurban untuk membawa sapi, kambing, dan domba dari
daerah lainnya harus sehat dan bebas antrax. Namun, pihaknya tidak bisa
menghindari seandainya mereka membawa hewan tersebut. Untuk itu, harus
dilengkapi dengan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) dari daerah
asal. "Jika ditemukan hewan yang tidak dilengkapi SKKH, akan
dikembalikan ke tempat asalnya. Selain itu, bila ditemukan hewan yang
berpenyakit, tidak boleh dijual dan harus dipisahkan dengan yang sehat
supaya tidak menular. Petugas akan memberikan perawatan kepada hewan
tersebut sampai sembuh," ujar Renova, Selasa (23/10).
Kemudian,
setelah hewan tersebut sampai di penampungan hewan, lanjut Renova,
pihaknya langsung melakukan pemeriksaan secara klinis terhadap hewan
itu dengan memeriksa suhu badan, hidung, mata, bulu, gigi, tanduk, kuku
dan mulutnya. "Pada pemeriksaan itu kami memberikan pengobatan seperti
salep mata, vitamin, karena hewan sering sakit akibat stress perjalanan
ke Jakarta. Bahkan, kami telah menyiapkan suntikan anti biotik dan
semuanya itu gratis," katanya.
Menurutnya, Balai Kesehatan Hewan
dan Ikan (BKHI) DKI Jakarta telah melakukan pemeriksaan atau monitoring
antrax terhadap hewan itu yang ada di tempat penampungan. Untuk di
Jakarta Utara, mereka telah melakukan pemeriksaan hewan dan mengambil
75 sampel darah dari 15 tempat penampungan, dan hasilnya negatif
antrax. "Kami juga memeriksa setiap hewan kurban yang masuk dari daerah
ke Jakarta dan mewaspadai antrax," ungkapnya.
Menurutnya,
ciri-ciri hewan kurban yang berpenyakit antrax, yaitu demamnya tinggi
mencapai 45 derajat celcius, tidak ada nafsu makan, keluar darah dari
lubang hidung dan dubur, serta matanya berlendir. "Kalau hewan itu
sudah demam tinggi, kita sudah waspadai dengan melakukan isolasi dan
pengobatan. Selama diisolasi dan disuntik antibiotik, hewan itu tidak
diizinkan dijual untuk kurban karena obatnya masuk kedalam daging
hewan. Hewan itu harus benar-benar sehat, kalau sudah sehat baru bisa
dijual," ucap Renova.
Dikatakannya, semua wilayah yang
mengirimkan hewan kurban yang endemis antrax maupun bebas antrax, wajib
melengkapi dengan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) dari daerah
asal. "Kita lebih waspadalah, karena hewan kurban ada yang didatangkan
dari kota Bogor Jawa Barat, dan Boyolali Jawa Tengah yang masih rawan
berpenyakit antrax," imbuhnya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan
kesehatan hewan kurban dari (12/10) hingga (22/10) di 101 tempat
penampungan dan penjualan hewan kurban di enam kecamatan Jakarta Utara,
sebanyak 7.087 ekor hewan kurban telah diperiksa, terdiri dari sapi
1.093 ekor, kambing 5.119 ekor, dan domba 275 ekor. Hasilnya, sebanyak
20 ekor kambing yang sakit karena stress perjalanan. "Pemeriksaan hewan
kurban akan dilaksanakan hingga Kamis (25/10) atau H-1 Idul Adha. Kalau
sudah selesai diperiksa, kami akan memberikan sertifikat di tempat
penampungan hewan sebagai syarat hewannya sehat dan siap untuk dijual.
Kami membantu masyarakat agar hewan kurban yang tersedia di Jakarta
Utara adalah hewan yang sehat dan bebas antrax," tuturnya.
Bagi
masyarakat yang akan membeli hewan kurban, Renova menyarankan agar
masyarakat dapat membeli langsung dengan melihat kondisi hewan yang
sehat, seperti suhu badannya, hidungnya harus basah, matanya cerah dan
tidak merah, bulunya bersih, aktif bergerak, tidak cacat atau kakinya
patah, giginya rata tidak tajam, tanduknya tidak patah, kuku dan
mulutnya sehat, serta membeli hewan ditempat penampungan yang ada
sertifikatnya atau setelah diperiksa petugas. Selain itu, usia diatas 1
tahun untuk kambing, dan sapi 2 tahun. "Saya juga mengimbau kepada
pemilik hewan di tempat penampungan agar memperlakukan hewan ditempat
yang nyaman, seperti diberi terpal, dikasih makan, tidak
diterlantarkan, dan kalau ada yang sakit segera diobati," katanya.
Jakut Tetap Mewaspadai Penyakit Anthrax Pada Hewan Kurban
Posted by JAKARTA UTARA on Selasa, 23 Oktober 2012
Sementara
itu, Zainudin (50) salah satu pengelola tempat penampungan di Sungai
Bambu, menyambut baik adanya pemeriksaan hewan tersebut. Sebab,
pihaknya bisa mengetahui hewan yang sehat maupun berpenyakit. "Kalau
membeli hewan kurban dari daerah, saya sengaja datang ke dearah
tersebut dengan memilih langsung hewan yang sehat. Karena kalau hewan
itu bermasalah dan berpenyakit antrax setelah sampai di Jakarta, kami
akan mengalami kerugian. Apalagi hewan yang saya jual untuk dikurbankan
dan dikonsumsi masyarakat," tandasnya.
Kang Lintas |
|
Label:
News,
Tanjung Priok