Rencana di bangunnya perluasan pelabuhan Kalibaru (Reklamasi) di tengah laut, berdampak kecemasan dan ancaman bagi nelayan akan kesulitan untuk dapat melakukan aktivitasnya mencari ikan. Perluasan pelabuhan oleh Pelindo II ini memang tidak memakan lahan di darat, tetapi laut yang akan dibangun daratan. Perluasan tersebut memakan wilayah zona pencaharian ikan para nelayan. Artinya reklamasi pelabuhan yang akan di bangun 4 tahap ini dari pelabuhan Tanjung Priok ke Pelabuhan Kalibaru atau sepanjang 8 KM dengan luas 603,8 Ha bisa dibayangkan kemana lagi para nelayan akan mencari kehidupannya.
Ratusan nelayan Kalibaru ini kemudian meminta kepada LMK Kelurahan Kalibaru untuk menyampaikan keluh kesahnya agar apa dirasakan kecemasan ini bisa di apresiasi. Seperti disampaikan Hartono nelayan Kalibaru ia mengeluhkan akan dampak limbah dari kegiatan pembangunan tersebut. Apalagi dilaksanakan dalam 4 tahap ( tahap pertama 5 tahun). Limbah pembangunan tersebut akan mencemari laut sehingga berdampak berkurangnya penghasilan.
Begitu juga Wirya 54, nelayan Tancap, jika pembangunan ini berjalan, maka tak ada lagi tempat untuk mencari ikan. Mengingat zona pembangunannya merupakan zona nelayan. Belum lagi jika pelabuhan itu berfungsi tak akan mungkin nelayan bisa melaut karena harus berhadap-hadapan dengan kapal besar.
"Ini harus dipikirkan oleh pihak Pelindo, bagimana nasib kami, karena jika pelabuhan itu selesai sudah barang tentu nelayan tidak akan mungkin bisa melaut" tuturnya.
Menanggapi keluhan nelayan ini, Slamet Al Farizi Ketua LMK Kalibaru tak bisa memberikan jawaban dan komentar dalam memberikan keputusan, tetapi ia akan menyurati dan meminta kepada pihak Pelindo II memberikan sosialisasi dan solusi kepada nasib ratusan nelayan di Kalibaru. Sehingga nelayan-nelayan ini tidak cemas dan was-was. Apalagi sebagian besar mata penghasilan warga disini adalah berprofesi sebagai nelayan. "intinya apa yang disampaikan oleh para nelayan ini akan kami sampaikan ke instansi terkait serta Pemko Jakarta Utara guna dicarikan solusinya. Dan nasib nelayan ini disalahgunakan oleh orang atau oknum untuk mencari keuntungan" ujarnya. Tercatat saat ini ada 450 nelayan di Kalibaru yang kesehariannya mengandalkan hasil dari laut. Dan ribuan nelayan berkumpul di pelelangan dari berbagai wilayah seperti Angke, Cilincing, Marunda dan bekasi Utara melakukan transaksi di pelelangan Kalibaru.
Ratusan nelayan Kalibaru ini kemudian meminta kepada LMK Kelurahan Kalibaru untuk menyampaikan keluh kesahnya agar apa dirasakan kecemasan ini bisa di apresiasi. Seperti disampaikan Hartono nelayan Kalibaru ia mengeluhkan akan dampak limbah dari kegiatan pembangunan tersebut. Apalagi dilaksanakan dalam 4 tahap ( tahap pertama 5 tahun). Limbah pembangunan tersebut akan mencemari laut sehingga berdampak berkurangnya penghasilan.
Begitu juga Wirya 54, nelayan Tancap, jika pembangunan ini berjalan, maka tak ada lagi tempat untuk mencari ikan. Mengingat zona pembangunannya merupakan zona nelayan. Belum lagi jika pelabuhan itu berfungsi tak akan mungkin nelayan bisa melaut karena harus berhadap-hadapan dengan kapal besar.
"Ini harus dipikirkan oleh pihak Pelindo, bagimana nasib kami, karena jika pelabuhan itu selesai sudah barang tentu nelayan tidak akan mungkin bisa melaut" tuturnya.
Menanggapi keluhan nelayan ini, Slamet Al Farizi Ketua LMK Kalibaru tak bisa memberikan jawaban dan komentar dalam memberikan keputusan, tetapi ia akan menyurati dan meminta kepada pihak Pelindo II memberikan sosialisasi dan solusi kepada nasib ratusan nelayan di Kalibaru. Sehingga nelayan-nelayan ini tidak cemas dan was-was. Apalagi sebagian besar mata penghasilan warga disini adalah berprofesi sebagai nelayan. "intinya apa yang disampaikan oleh para nelayan ini akan kami sampaikan ke instansi terkait serta Pemko Jakarta Utara guna dicarikan solusinya. Dan nasib nelayan ini disalahgunakan oleh orang atau oknum untuk mencari keuntungan" ujarnya. Tercatat saat ini ada 450 nelayan di Kalibaru yang kesehariannya mengandalkan hasil dari laut. Dan ribuan nelayan berkumpul di pelelangan dari berbagai wilayah seperti Angke, Cilincing, Marunda dan bekasi Utara melakukan transaksi di pelelangan Kalibaru.