Cilincing- Akibat limbah yang mencemari pesisir pantai pesisir Jakarta berdampak kehilangan mata pencaharian nelayan untuk mencari ikan. Bahkan sebagain besar nelayan beralih profesi untuk dapat menutupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Abdullah 45, nelayan sero dan Jaring di Marunda ini lebih memilih menjadi tukang tambal ban di akses jalan arteri BKT Marunda. Pasalnya profesi sebagai nelayan tak lagi menjamin kehidupannya. Bagimana tak menjamin kondisi laut saat ini sudah tercemar, ditambah lagi adanya pembangunan pelabuhan di tengah laut, sementara perahu yang dioperasikan jarak tempuhnya terbatas. " Cari ikan sekarang ini sulit mas! kalau dipaksakan melaut dapatnya pas-pasan" tungkasnya.Sueb Magbub Ketua Nelayan Tradisional Marunda membenarkan banyaknya nelayan saat ini beralih profesi untuk bisa bertahan hidup. Tak jarang para nelayan bekerja menjadi kuli bangunan,tukang tambal ban,ojek motor dan bengkel.
" Limbah sekarang ini sudah sulit diatasi, dan ia menilai kemampuan pemerintah dalam menangani masalah nelayan sekarang ini masih kurang" ujarnya. Kekurangannya itu adalah banyak program untuk nelayan tidak tepat sasaran.
Lilik Litasari Kasudin Perikanan dan Peternakan Jakarta Utara menjelaskan dalam menangani persoalan nelayan ini sudah ia lakukan dengan bantuan mesin 50 hingga 100 mesin secara bertahap, pelatihan, dan akan memberikan modal usaha kepada nelayan " Untuk bantuan modal usaha saat ini sedang kita proses dan di seleksi agar tepat sasaran" ujarnya. kawasan pesisir pantai Jakarta ini mempunyai panjang 35 Km. Sepanjang pesisir banyak kantung pemukiman nelayan yang tinggal. sepeti Kampung Nelayan Kapuk Muara, Muara Baru,Muara Angke,Ancol,Kalibaru,Cilincing dan Marunda. Sedikitnya ada 13 Ribu nelayan yang menaruhkan profesinya mencari ikan di laut
Abdullah 45, nelayan sero dan Jaring di Marunda ini lebih memilih menjadi tukang tambal ban di akses jalan arteri BKT Marunda. Pasalnya profesi sebagai nelayan tak lagi menjamin kehidupannya. Bagimana tak menjamin kondisi laut saat ini sudah tercemar, ditambah lagi adanya pembangunan pelabuhan di tengah laut, sementara perahu yang dioperasikan jarak tempuhnya terbatas. " Cari ikan sekarang ini sulit mas! kalau dipaksakan melaut dapatnya pas-pasan" tungkasnya.Sueb Magbub Ketua Nelayan Tradisional Marunda membenarkan banyaknya nelayan saat ini beralih profesi untuk bisa bertahan hidup. Tak jarang para nelayan bekerja menjadi kuli bangunan,tukang tambal ban,ojek motor dan bengkel.
" Limbah sekarang ini sudah sulit diatasi, dan ia menilai kemampuan pemerintah dalam menangani masalah nelayan sekarang ini masih kurang" ujarnya. Kekurangannya itu adalah banyak program untuk nelayan tidak tepat sasaran.
Lilik Litasari Kasudin Perikanan dan Peternakan Jakarta Utara menjelaskan dalam menangani persoalan nelayan ini sudah ia lakukan dengan bantuan mesin 50 hingga 100 mesin secara bertahap, pelatihan, dan akan memberikan modal usaha kepada nelayan " Untuk bantuan modal usaha saat ini sedang kita proses dan di seleksi agar tepat sasaran" ujarnya. kawasan pesisir pantai Jakarta ini mempunyai panjang 35 Km. Sepanjang pesisir banyak kantung pemukiman nelayan yang tinggal. sepeti Kampung Nelayan Kapuk Muara, Muara Baru,Muara Angke,Ancol,Kalibaru,Cilincing dan Marunda. Sedikitnya ada 13 Ribu nelayan yang menaruhkan profesinya mencari ikan di laut
