Menjamurnya minimarket maupun departement store di sekitar Pasar Tugu,
Tuguutara, Koja, Jakarta Utara membuat para pedagang yang berjulan di
pasar itu kalah bersaing dan mengaku mengalami penurunan omset yang
cukup signifikan. Karenanya, para pedagang pun berharap, pemerintah bisa
tegas dalam membatasi keberadaan minimarket serta departement store
khususnya yang berada di sekitar areal pasar.
Pantauan di lokasi tak sampai 500 meter dari areal pasar memang terdapat departement store, minimarket, hingga mal yang juga menjual berbagai macam kebutuhan yang hampir sama dengan yang di jual di Pasar Tugu seperti, pakaian, sepatu, sandal, dan lain sebagainya. Bahkan, tak jarang, tempat-tempat perbelanjaan itu menawarkan potongan harga sehingga banyak pembeli yang memilih belanja ke tampat-tempat tadi.
Pantauan di lokasi tak sampai 500 meter dari areal pasar memang terdapat departement store, minimarket, hingga mal yang juga menjual berbagai macam kebutuhan yang hampir sama dengan yang di jual di Pasar Tugu seperti, pakaian, sepatu, sandal, dan lain sebagainya. Bahkan, tak jarang, tempat-tempat perbelanjaan itu menawarkan potongan harga sehingga banyak pembeli yang memilih belanja ke tampat-tempat tadi.
Saat memasuki Pasar Tugu, calon pembeli harus menaiki 16 anak tangga. Di
dalam pasar, hampir tidak ada aktivitas transaksi antara pembeli dan
pedagang yang biasa terlihat di pasar pada umumnya. Kesan sepi langsung
terasa saat meginjakan kaki di pasar ini. Meski pasar terlihat bersih,
namun kios-kios yang ada tampak banyak yang tutup lantaran sepinya calon
pembeli.
Roslaini (52) pedagang sepatu dan tas di Pasar Tugu mengaku, sebelum pasar ini bangunan pasar direnovasi pada tahun 2007, kondisi pasar selalu ramai. Namun, setelah rampung renovasi, pembeli yang mendatangi pasar ini terus menurun. "Pasar ini dulunya bernama pasar impres. Tetapi setelah direnovasi jumlah pembelinya makin sepi. Apalagi sebelum masuk ke pasar, calon pembeli juga harus memalui 16 anak tangga sehingga mengganggu kenyamanan pengunjung khususnya yang telah berusia uzur. Ditambah banyak toko dan mal yang ada di sekitar pasar ini sehingga makin membuat pengunjung malas ke sini," keluh Rosliani, Jumat (7/12).
Roslaini (52) pedagang sepatu dan tas di Pasar Tugu mengaku, sebelum pasar ini bangunan pasar direnovasi pada tahun 2007, kondisi pasar selalu ramai. Namun, setelah rampung renovasi, pembeli yang mendatangi pasar ini terus menurun. "Pasar ini dulunya bernama pasar impres. Tetapi setelah direnovasi jumlah pembelinya makin sepi. Apalagi sebelum masuk ke pasar, calon pembeli juga harus memalui 16 anak tangga sehingga mengganggu kenyamanan pengunjung khususnya yang telah berusia uzur. Ditambah banyak toko dan mal yang ada di sekitar pasar ini sehingga makin membuat pengunjung malas ke sini," keluh Rosliani, Jumat (7/12).
Sepinya pembeli berimbas pada menurunnya omset yang diperolehnya dari Rp
1,5 juta per hari menjadi sekitar Rp 200 ribu per hari pada hari biasa
dan Rp 500 ribu pada akhir pekan. "Saya pilih bertahan karena rumah saya
dekat dengan pasar. Tapi kalau keadaannya terus begini, bisa-bisa saya
gulung tikar," katanya.
Hal senada dikatakan Ani (50), pedagang pakaian di Pasar Tugu. Menurutnya, sejak ada minimarket dan departement store banyak calon pembeli yang meninggalkan Pasar Tugu. Alhasil, penurunan omset pun sangat dirasakan ibu tiga orang anak ini. "Beberapa tahun lalu, omset saya paling kecil Rp 500 ribu per hari. Tapi sekarang nggak tentu paling Rp 100 sampai 200 ribu saja. Itu pun sudah bagus," katanya.
Kepala Pasar Tugu, Sudrajat mengakui jika dalam beberapa tahun terakhir aktivitas jual beli di pasar tersebut seperti tidak bergairah. Hal itu dirasakannya sejak tahun 2007 seiring banyaknya minimarket, departement store maupun mal yang berada di sekitar Pasar Tugu. "Di sini ada 530 kios yang berdiri di atas lahan seluas 4.500 meter persegi. Tapi, yang aktif hanya 250 kios dan sisanya 280 kios tutup. Dulu di sini penduduknya banyak dan saingannya nggak banyak, tapi sekarang penduduknya sudah digusur buat pool kontainer dan terlalu banyak saingan seperti keberadaan departement store," ungkapnya.
Idealnya, kata Sudrajat, satu kecamatan memiliki satu pasar saja. Namun, kondisi berbeda justru terlihat di Kecamatan Koja yang terdapat Pasar Tugu, Pasar Koja serta Pasar Lontar. Terlebih di sekitar Pasar Tugu juga banyak terdapat departement store atau bahkan mal yang menawarkan tempat yang lebih nyaman serta harga yang bersaing. "Untuk pedagang sayur mayur di pasar ini masih aman. Tapi, kalai pedagang pakaian, sepatu dan lain sebagainya memang kalah bersaing," katanya.
Untuk mengatasi hal ini, ditambahkan Sudrajat, pihaknya akan melakukan mediasi kepada pengelola salah satu departement store serta akan menampung lebih banyak PKL yang memenuhi syarat dan tidak menjual barang yang sama dengan pedagang yang sudah ada. "Mungkin kami akan memberikan tempat lagi bagi pedagang elektronik dan ponsel," tandasnya
Hal senada dikatakan Ani (50), pedagang pakaian di Pasar Tugu. Menurutnya, sejak ada minimarket dan departement store banyak calon pembeli yang meninggalkan Pasar Tugu. Alhasil, penurunan omset pun sangat dirasakan ibu tiga orang anak ini. "Beberapa tahun lalu, omset saya paling kecil Rp 500 ribu per hari. Tapi sekarang nggak tentu paling Rp 100 sampai 200 ribu saja. Itu pun sudah bagus," katanya.
Kepala Pasar Tugu, Sudrajat mengakui jika dalam beberapa tahun terakhir aktivitas jual beli di pasar tersebut seperti tidak bergairah. Hal itu dirasakannya sejak tahun 2007 seiring banyaknya minimarket, departement store maupun mal yang berada di sekitar Pasar Tugu. "Di sini ada 530 kios yang berdiri di atas lahan seluas 4.500 meter persegi. Tapi, yang aktif hanya 250 kios dan sisanya 280 kios tutup. Dulu di sini penduduknya banyak dan saingannya nggak banyak, tapi sekarang penduduknya sudah digusur buat pool kontainer dan terlalu banyak saingan seperti keberadaan departement store," ungkapnya.
Idealnya, kata Sudrajat, satu kecamatan memiliki satu pasar saja. Namun, kondisi berbeda justru terlihat di Kecamatan Koja yang terdapat Pasar Tugu, Pasar Koja serta Pasar Lontar. Terlebih di sekitar Pasar Tugu juga banyak terdapat departement store atau bahkan mal yang menawarkan tempat yang lebih nyaman serta harga yang bersaing. "Untuk pedagang sayur mayur di pasar ini masih aman. Tapi, kalai pedagang pakaian, sepatu dan lain sebagainya memang kalah bersaing," katanya.
Untuk mengatasi hal ini, ditambahkan Sudrajat, pihaknya akan melakukan mediasi kepada pengelola salah satu departement store serta akan menampung lebih banyak PKL yang memenuhi syarat dan tidak menjual barang yang sama dengan pedagang yang sudah ada. "Mungkin kami akan memberikan tempat lagi bagi pedagang elektronik dan ponsel," tandasnya