Sekitar 100 bangunan liar di sepanjang Kali Gendong, Muaraangke,
Penjaringan, Jakarta Utara dibongkar petugas Satuan Polisi Pamong Praja
(Satpol PP) Kecamatan Penjaringan dibantu anggota TNI, polisi, dan warga
sekitar, Jumat (14/12). Wakil Camat Penjaringan, Martua
Sitorus, mengatakan pembongkaran ratusan bangunan semi permanen ini
dimaksudkan untuk menata wilayah tersebut. Pasalnya, keberadaan bangunan
di Kali Gendong sepanjang satu kilometer itu kerap digunakan warga
untuk berjualan, menyimpan peralatan melaut, dan sebagai tempat tinggal.
"Pembongkaran ini merupakan langkah awal normalisasi Kali Gendong yang mengarah ke Waduk Muaraangke. Tidak ada perlawanan, karena sebelumnya kami telah sosialisasikan kepada mereka," ujar Martua, Jumat (14/12).Sebelum dibongkar, kata Martua, keberadaan bangunan di sepanjang kali ditambah tumpukan sampah mengakibatkan aliran air menjadi terhambat, sehingga Kali Adem yang berada di bagian utara dan Kali Gendong yang berada di selatan kerap meluap saat musim hujan tiba. "Seharusnya tidak ada bangunan sepanjang kali ini. Lihat saja sampahnya banyak," katanya.
Martua berharap, setelah dilakukan penertiban, proses normalisasi Kali Gendong segera dilakukan. Selain itu, berkurangnya bangunan liar mengurangi beban tanggul di perbatasan Kali Adem dan Kali Asin yang kemarin jebol. "Sangat berbahaya jika tanggul di kali ini dipakai tempat tinggal. Makanya, kami bersihkan untuk menghindari rumah yang hanyut kemarin," tuturnya.
Seperti diketahui, sebuah tanggul yang terletak di perbatasan Kali Adem dan Kal Asin, RW 01, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, jebol pada Kamis (13/12), pukul 09.00. Akibatnya, sekitar 500 rumah yang dihuni sebanyak 1.500 jiwa di 23 RT di wilayah RW 01 dan RW 11 terendam banjir hingga ketinggian 50 sentimeter. Bahkan, satu rumah yang diketahui milik Dodi (55) yang berada tepat di atas tanggul roboh akibat terkenal limpasan air.
"Pembongkaran ini merupakan langkah awal normalisasi Kali Gendong yang mengarah ke Waduk Muaraangke. Tidak ada perlawanan, karena sebelumnya kami telah sosialisasikan kepada mereka," ujar Martua, Jumat (14/12).Sebelum dibongkar, kata Martua, keberadaan bangunan di sepanjang kali ditambah tumpukan sampah mengakibatkan aliran air menjadi terhambat, sehingga Kali Adem yang berada di bagian utara dan Kali Gendong yang berada di selatan kerap meluap saat musim hujan tiba. "Seharusnya tidak ada bangunan sepanjang kali ini. Lihat saja sampahnya banyak," katanya.
Martua berharap, setelah dilakukan penertiban, proses normalisasi Kali Gendong segera dilakukan. Selain itu, berkurangnya bangunan liar mengurangi beban tanggul di perbatasan Kali Adem dan Kali Asin yang kemarin jebol. "Sangat berbahaya jika tanggul di kali ini dipakai tempat tinggal. Makanya, kami bersihkan untuk menghindari rumah yang hanyut kemarin," tuturnya.
Seperti diketahui, sebuah tanggul yang terletak di perbatasan Kali Adem dan Kal Asin, RW 01, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, jebol pada Kamis (13/12), pukul 09.00. Akibatnya, sekitar 500 rumah yang dihuni sebanyak 1.500 jiwa di 23 RT di wilayah RW 01 dan RW 11 terendam banjir hingga ketinggian 50 sentimeter. Bahkan, satu rumah yang diketahui milik Dodi (55) yang berada tepat di atas tanggul roboh akibat terkenal limpasan air.